SUMATERA UTARA , SJBNEWS.CO.ID - Tokoh adat Simalungun JE Sabaruddin Girsang mengatakan, efek pandemi Covid-19 menuai ragam mimpi buruk.
Salah satunya menyangkut pagelaran pesta adat pernikahan yang dimungkinkan akan memikul beban berat.
Menurutnya, menggelar pesta adat di tengah pandemi akan penuh pertimbangan.
Cost atau biaya pengeluaran jadi atensi serius. Belum lagi anjuran pemerintah agar menghindari keramaian.
"Artinya, undangan harus dibatasi. Ini berdampak buruk terhadap input atau uang pemasukan," ujarnya.
Satu hal lagi yang menjadi pertimbangan, lanjutnya, pihak calon pengantin laki-laki wajib memikirkan besaran "partadingan atau boli ni boru" (sinamot/mahar).
Dalam kondisi ekonomi yang cukup lemah tentunya perlu kesetaraan pemikiran.
"Di sini, keluarga calon pengantin perempuan seyogyanya tidak memaksakan mahar yang sangat besar.
Jangan nanti gara-gara mahar tinggi menjadi batal rencana pernikahan," harapnya. "Namun, hindari egosentris dan saling merajut kebersamaan supaya terwujud keinginan putra-putri Simalungun untuk melangsungkan pernikahan," Ungkapnya. (RED/SB)