Ilustrasi Aktivitas Belajar di PAUD
JAKARTA, SJBNews
Masa pandemi corona saat ini juga sangat berdampak terhadap dunia pendidikan, khususnya di jenjang PAUD.
Seperti kisah siti Ngafifah (38) harus putar otak untuk tetap bisa menghidupi keluarga.
Pemasukan utamanya sebagai guru pendidikan anak usia dini terancam turun drastis.
Di lingkungan tempat tinggalnya, RW 08 Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan, para orang tua tak lagi mendaftarkan anak-anaknya masuk PAUD sebelum masuk sekolah dasar.
Salah satu alasannya adalah biaya. Pandemi corona memang sangat berpengaruh terhadap ekonomi warga.
"Minat masuk PAUD Mawar 08 masih lesu. Tahun lalu 15 siswa, sekarang turun jadi 8," kata Siti, Seperti yang dilansir dari Cnn Indonesia.
Siti juga tak lagi memikirkan perkara upah mengajar nanti di tengah pandemi corona. Padahal dalam kondisi normal, gajinya sekitar Rp200 ribu per bulan.
"Saya jadi guru itu mencari berkahnya. Bukan untuk cari uang," katanya.
Untuk menutupi kebutuhan hidup, ia membuka warung jual pulsa di depan kontrakannya.
Untungnya juga masih ada suami yang bekerja penuh hari untuk membantu menopang ekonomi keluarga.
Kabayoran Lama Utara tercatat sebagai permukiman padat penduduk. Kebanyakan warga berprofesi sebagai asisten rumah tangga, pedagang warung, sampai sopir ojek online.
Siti menyebut banyak juga orang tua di sini yang langsung menyekolahkan anak mereka ke jenjang SD. Padahal menurutnya, belum tentu semua anak bisa beradaptasi dengan baik jika langsung dimasukan ke SD.
Sementara itu, Ketua Himpunan Tenaga Pendidik Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) Netty Herawati mengatakan terdapat penurunan drastis terkait minat orang tua menyekolahkan anaknya ke PAUD.
Ia memprediksi penurunan ini secara nasional bisa mencapai 50 persen. Ini karena pada daerah tertentu, misalnya di Sidoarjo, Jawa Timur saja pihaknya sudah menerima laporan sebanyak 85 persen warga dengan anak usia dini tidak mendaftar PAUD.
Secara nasional, kata Netty, kondisi ini bisa menurunkan angka partisipasi pendidikan. Sedangkan secara individual, ia berpendapat tak semua orang tua memiliki kapasitas mengajar anak di rumah tanpa bimbingan sekolah. Padahal anak usia dini umumnya sedang gencar belajar dan meniru dari lingkungan sekitarnya.
"Dalam kondisi pandemi semua keluarga dalam kondisi sulit. Tidak hanya ekonomi, tapi kejiwaan. Terus mereka jadi guru tanpa didampingi sekolah. Pertanyaan, bisakah mereka menjalankannya? "Ungkap Netty. (Asido Girsanx).