JAKARTA , SJBNEWS
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut pemerintah telah menandatangani kesepakatan untuk mendatangkan obat covid-19 berupa tablet Molnupiravir yang diproduksi perusahaan Farmasi asal Amerika Serikat (AS), Merck, pada akhir 2021.
Budi menyebut, kesepakatan itu didapatkan setelah dirinya dan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan melakukan kunjungan kerja di AS baru-baru ini.
"Kami sudah sampai ke tahap finalisasi dari agreement, agar Indonesia bisa mengadakan tablet Molnupiravir. Diusahakan di akhir tahun ini," kata Budi dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, (29/10).
Budi juga memastikan bahwa pihaknya tengah berdiskusi dengan perusahaan Merck agar produksi obat covid-19 Molnupiravir dapat dilakukan Indonesia.
Ia menyebut upaya ini dilakukan agar Indonesia lebih siap dalam menghadapi potensi gelombang ketiga covid-19 di Indonesia.
Budi sebelumnya juga menyebut pemerintah menurutnya saat ini juga tengah berproses melakukan uji klinik untuk beberapa obat-obatan indikasi covid-19 yang masuk dalam kategori monoklonal antibodi seperti Bamlanivimab dan Etesevimab.
Mantan Wakil Menteri BUMN itu juga mengaku tengah mempelajari obat antivirus AT-527 yang dikembangkan oleh Roche dan Atea Pharmaceuticals, serta obat Proxalutamide yang diproduksi oleh Kintor Pharmaceutical dari China.
"Kami juga sudah menjajaki dengan mereka untuk bisa membangun pabriknya juga di Indonesia, dan termasuk bahan baku obatnya," ujarnya.
Adapun perihal Molnupiravir yang diklaim perusahaan farmasi Merck mampu mengurangi risiko kematian dan rawat inap warga yang terinfeksi virus corona hingga 50 persen.
Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono mendorong agar pemerintah mengurungkan rencana negosiasi dengan produsen farmasi tersebut.
Pandu menilai, pemerintah sebaiknya fokus untuk menangani pandemi covid-19 di Indonesia melalui vaksinasi yang setidaknya sudah terbukti meminimalisir penularan.
Adapun sejauh ini menurutnya Molnupiravir belum mengantongi izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Makanan dan Obat Amerika Serikat (FDA).
Pandu juga menjelaskan bahwa konsep kerja pil Molnupiravir diduga membuat kondisi virus error catastrophic.
Sebab, Molnupiravir dapat bekerja secara efektif hanya pada fase replikasi yaitu lima hari pertama setelah warga terinfeksi covid-19.
Sementara selama ini penentuan kapan virus mulai inkubasi dan menginfeksi warga masih belum diketahui secara jelas, lantaran mayoritas pemeriksaan warga telat dilakukan.
Untuk itu, Pandu mewanti-wanti pemerintah agar tidak mudah terbujuk iming-iming sejumlah produsen obat yang menawarkan klaim hebat seperti salah satunya Molnupiravir.
Ia menyebut, dengan keterbatasan anggaran pemerintah maka seharusnya pemerintah fokus pada akselerasi vaksinasi secara tuntas hingga akhir tahun. (GIR/OKZ)