Mengapa Banyak Kasus Yang Melibatkan Anggota Polri Selalu Viral Di Media Sosial? Luangkan waktu baca...

- Kamis, 12 Desember 2024, 04:09 PM

JAMBI, SJBNEWS.CO.ID - Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi menilai, pikiran publik sengaja dimanipulasi untuk membenci Polri.

Upaya manipulasi tersebut di antaranya menggunakan konten-konten hoaks, disinformasi, narasi negatif serta kasus-kasus yang melibatkan oknum anggota Polri.

"Disebarkan oleh pemengaruh di media sosial bahkan pers. Di media sosial misalnya melalui buzzer, influencer dan podcast dengan jumlah pengikut yang banyak. Sedangkan untuk menyusupi pers yakni melalui acara-acara diskusi yang membahas isu-isu terkini tentang Polri," kata R Haidar Alwi, Senin (9/12/2024).

Ia melihat, tagar-tagar trending yang bermuatan negatif terhadap Polri di media sosial, sebagian besar berawal dari buzzer dan influencer politik. Barulah kemudian disebarkan kembali oleh publik yang pikirannya berhasil dimanipulasi. Sementara podcast berpengikut banyak biasanya mendatangkan tamu dari kalangan politikus, pakar dan pengamat yang memiliki kepentingan di dalamnya.

Lalu, konten-konten viral akan menjadi bahan menarik bagi pers untuk diulas. Sebab pers butuh pembaca, pendengar atau penonton untuk keberlangsungan usahanya. Namun, mereka juga butuh narasumber yang dianggap kredibel untuk mengulas lebih dalam. Di titik inilah, para LSM, aktivis, pakar dan pengamat mendapatkan ruangnya.

"Tapi tidak jarang acara-acara diskusi yang digelar dijadikan ladang bisnis untuk mewadahi kepentingan kelompok tertentu. Entah itu pemodal dan pebisnis pelaku kejahatan yang tidak senang dengan Polri atau bisa juga politikus yang kepentingannya terganggu," jelas R Haidar Alwi.

Menurutnya, Tugas dan fungsi pokok Polri yang lebih banyak bersinggungan langsung dengan masyarakat menjadikannya lebih rawan untuk diserang ketimbang institusi lainnya. Padahal sesungguhnya, kasus-kasus yang melibatkan oknum institusi lainnya, tidak kalah banyak.

"Hanya saja kebencian terhadap Polri lebih besar sehingga seringkali menjadi sasaran utama kemarahan publik yang pikirannya berhasil dimanipulasi.

Karenanya publik harus cerdas dan lebih bijak dalam mengonsumsi atau menyikapi suatu isu," Pungkas R Haidar Alwi.

By: K.H.Prof.dr.Ir. E.Lukmannulhakim, SH,MH,Msi


Tags

Berita Terkait

Berita Populer

Berita Terbaru Lainnya

X